Artikel Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy) Dari Hasil Wawancara Peserta Didik Orang Dewasa

Disusun Oleh: Megawati Navia (1104617051) Penmas C 2017

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dapat disusun dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju jalan kebenaran.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Andragogy. Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pemahaman Saya tentang Andragogy khususnya dapat semakin dalam. Harapan selanjutnya kami dapat memperluas wawasan serta mendapatkan pengalaman baru di mata kuliah Andragogy.

Atas kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terwujudnya makalah ini yang lebih baik sangat Saya harapkan.

 

Jakarta 25 Juni 2019

       Penyusun

 

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini adalah: 1) Memahami pemahaman dan konsep sains yang mendasari pembelajaran orang dewasa; 2) Mengetahui sejarah dan perkembangan andragogi; 3) Memahami implementasi pendidikan orang dewasa (Andragogy) yang meliputi kebutuhan belajar orang dewasa, prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, kondisi pembelajaran orang dewasa, pengaruh penurunan faktor fisik orang dewasa, metode pendidikan orang dewasa, implikasi untuk pembelajaran orang dewasa, dan keuntungannya.

Keywords         : Adult Education, Pendidikan Orang Dewasa

 

PENDAHULUAN

Belajar bagi orang dewasa bukan seperti konsep pendidikan di sekolah atau pendidikan formal, belajar yang layaknya diinginkan orang dewasa adalah belajar yang fleksibel, mudah dicerna dan juga belajar yang berdasarkan pada kebutuhan akan mencari aktualisasi diri dan juga pengalaman hidup. Orang dewasa merupakan Individu yang dikenal sudah cukup matang dalam menjalani kehidupan, matang dalam artian dan sisi hal adalah matang dalam pemikiran, mental/psikis dan Kejiwaan. Orang dewasa cenderung memahami, mengerti dan mengidentifikasi apa yang sedang ia butuhkan. Kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan dirasa merupakan lingkup dasar yang mudah diidentifikasi orang dewasa,  Keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik.

Kemudian kebutuhan-kebutuhan akan mengaktualisasi diri pun dirasa merupakan sebuah kegelisahan tiada henti jika akhirnya tidak dieksekusikan/disalurkan dengan baik adanya, hal ini menuntun orang dewasa pada teori Long Live Learning atau belajar sepanjang hayat dimana bentuk aktualisasi tersebut adalah belajar untuk memenuhi sebuah kebutuhan. Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya.

Berbagai macam wadah pun harus memiliki sistem pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip, karakteristik, dan juga konsep pembelajaran Orang dewasa yang seungguhnya sangat berbeda dengan sistem pembelajaran pendidikan formal atau dapat dikatakan dengan teori Pedagogy, wadah/tempat untuk memperoleh pendidikan orang dewasa ini tersebar diseluruh Indonesia guna memfasilitasi kebutuhan belajar orang dewasa diantaranya adalah Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), Balai Latihan Kerja (BLK), Lembaga Kursus & Pelatihan (LKP) dan juga lembaga lainnya yang menunjang pembelajaran orang dewasa didalamnya., sehingga sebelum pembelajaran dimulai para tutor/instruktur maupun fasilitator harus mengetahui dan menguasai metode maupun teknik yang pas dan cocok untuk diaplikasikan pada pembelajaran orang dewasa tersebut, agar hal-hal penghambat pembelajaran yang dapat membuat terhambatnya juga aktualisasi diri orang dewasa dapat diatasi dan juga diminimalisir keadaannya.

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar, secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa.

Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.

 

METODE YANG DIGUNAKAN

A. Konsep Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi)

Andragogi merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Alexander Kapp seorang guru Jerman, dan dipopulerkan oleh Malcolm Knowles. Menurut Knowles dalam (Sujarwo, 2015)5 “ Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang dewasa dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata “paid/paed” artinya anak dan agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak.

Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka akhirnya andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi andragogi lebih cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa.

 

B. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri; atau, dalam istilah Rogers dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain. Menurut Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization).

Pertumbuan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja (adolescence) sampai dewasa, di mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan begitu orang dewasa tidak menginginkan orang memandangnya apalagi memperlakukan dirinya seperti anak-anak. Dia mengharapkan pengakuan orang lain akan otonomi dirinya, dan dijamin ketentramannya untuk menjaga identitas dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan akan setiap usaha orang lain untuk menekan, memaksa, dan manipulasi tingkah laku yang ditujukan terhadap dirinya.

 

C. Kebutuhan Belajar Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapatmewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan. Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan.

Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas. Dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya diri yang kuat dalam pribadinya. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan, Maslow dalam teorinya tentang piramida kebutuhan sangatlah menjadi dasar pengetahuan mengenai pemenuhan belajar/aktualisasi diri orang dewasa.

  1. Kebutuahan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia.

  1. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan

Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan fisik seseorang dapat dikategorikan ke dalam ancaman mekanik, kimia, termal, dan bakteri. Kebutuhan keselamatan dan keamanan berkenaan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal.

  1. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai

Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang. Berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan makin menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan memiliki.

  1. Kebutuhan Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Suddeen 1998).

  1. Kebutuhan Mengaktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi diri ini banyak hambatan yang menghalanginya.

 

D. Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa

Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakekatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/ menggali potensi yang ada dalam diri mereka.

Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaandiri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud. Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.

 

E. Metode Pendidikan Orang Dewasa

Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja. Dalam pembelajaran orang dewasa, banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Selajan dengan itu, menurut (Lunandi, 1987) 18 proses belajar tersebut.

Penetapan pemilihan metode seharusnya guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis besar program pengajaran yang dibagi dalam dua jenis:

  • Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan mempedomani masa lampau yang pernah dialami, misalnya dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya.
  • Proses pembelajaran yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajarmenggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja.

 

F. Kelebihan Dan Kekurangan Teori belajar Andragogi

Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non-formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Andragogi memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada prinsipnya dari hasil pengamatan dan observasi yang saya lakukan kepada peserta didik Orang Dewasa, dapat disimpulkan bahwa Orang Dewasa dapat dikatakan selalu ingin dan terus belajar dengan apa yang sedang dan dibutuhkannya pada masa sekarang ini, contohnya jika Orang Dewasa ingin bekerja/ membuka usaha sendiri sebagai Make Up Artist (MUA) maka Orang Dewasa tersebut harus dan wajib sekali memiliki keahlian (Skill) merias wajah/ make up, hal tersebut bisa dilatih dan dikembangkan dengan ikut mengambil course/kelas pelatihan Tata Rias Wajah (Course Make Up Artist) untuk mendapatkan skill dan juga sertifikat sah bahwasannya Orang Dewasa tersebut sudah memiliki keterampilan Tata Rias Wajah untuk kemudian digunakan sebagai melamar pekerjaan/ membuka usaha sendiri seperti Salon dan Sanggar Rias Pengantin. Hal tersebut sesuai dengan teori maslow mengenai piramida kebutuhan paling puncak yaitu aktualisasi diri terhadap suatu yang dibutuhkannya untuk sekarang.

Berdasarkan Observasi yang saya lakukan terhadap Peserta Didik Orang Dewasa mereka pun kebanyakan lebih menginginkan pembentukan dari identitas, dimana hal tersebut dapat menjadi pengakuan terhadap orang lain, sehingga identitas tersebut di hasilkan dari beberapa proses belajar untuk akhirnya diaktualisasikan bukan dari pengendalian suatu pihak, tekanan atau proses dibentuk dari orang lain .Maka dari itu tugas dari tutor/fasilitator sebagai orang yang membantu proses pembentukan jati diri harus memahami betul apa yang diinginkan para Peserta Didik Orang Dewasa agar tercipta sebuah sistem yang balance (sinkron) antara fasilitator/tutor dengan Orang Dewasa sehingga tercapainya tujuan yang diimpikan. Hal tersebut harus dibentuk melalui awal/pengenalan kelas pertama untuk membuka komunikasi mengenai kebutuhan dan juga keinginan Peserta Didik Orang Dewasa ini tentang bagaimana memperlakukan mereka selayaknya teman dalam belajar bukan seperti orang yang diajarkan layaknya guru dan murid di sekolah formal, dan dengan begitu maka Peserta Didik Orang Dewasa akan merasa nyaman dan betah dalam proses belajar mengajar.

Observasi yang sudah dilakukan juga terdapat beberapa proses/ alur dalam kesepakatan yang terjadi antara Peserta Didik Orang Dewasa dengan Fasilitator/ Tutor termasuk Menciptakan sebuah struktur untuk perencanaan bersama mengenai pembelajaran yang sedang berjalan, Menciptakan/ membuat iklim belajar yang ramah untuk Orang Dewasa yang sesuai dengan asumsi, prinsip-prinsip dan juga konsep pembelajaran orang dewasa, Mendiagnosa kebutuhan belajar Orang Dewasa agar dapat menjadi dasar akan kelanjutan pembelajarannya yakni apakah akan berdampak terhadap Orang Dewasa tersebut atau tidak. Menyepakati bersama mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Proses menemukan metode, teknik dan model yang efektif untuk orang dewasa dalam pemenuhan belajar mereka. Evaluasi dan tujuan akhir, hal ini kemudian menjadi akhir dari alur pembelajaran, evaluasi difungsikan agar Orang Dewasa mengetahui mana yang memang telah ia kuasai dan yang belum dikuasai secara penuh.

 

PENUTUP

A. Kesimpulan

Orang dewasa merupakan Individu yang dikenal sudah cukup matang dalam menjalani kehidupan, matang dalam artian dan sisi hal adalah matang dalam pemikiran, mental/psikis dan Kejiwaan. Orang dewasa cenderung memahami, mengerti dan mengidentifikasi apa yang sedang ia butuhkan. Kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan dirasa merupakan lingkup dasar yang mudah diidentifikasi orang dewasa,  Keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik. Implementasi pendidikan orang dewasa lebih benyak tergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan teknologi atau pendekatan andragogi dapat melalui penyusunan kurikulum, strategi, metode dan cara mengajarnya. Namun, karena keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau strategi pembelajarannya harus menggunakan pendekatanpendekatan yang tepat.

 

B. Saran

Bagi pengambil kebijakan dalam hal pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu memberikan pertimbangan holistik ke arah pengembangan keterampilan dan peningkatan sumber daya orang dewasa yang berkualitas. Pengembangan teknologi andragogi hanya dapat dilakukan apabila diyakini bahwa orang dewasa sebagai pribadi yang matang sudah dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Tanpa ada keyakinan semacam itu kiranya tidak akan tumbuh pendekatan andragogi. Dengan kata lain andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Kartono, K. &. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukan? Bandung: Mandar Maju.
  • Knowles, M. S. (1970).   Modern Practice of Adult Education. New York: Asosiation Press.
  • Maslow, A. H. (1996). Toward a Psychology of Being. New Jersey: Van Nostrand.
  • (2015). Strategi Pembelajaran Partisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa (Pendekatan Andragogi). Majalah Ilmiah Pembelajaran.